Jumat malam itu sebenernya nggak berbeda dengan malam-malam sebelumnya. Beberapa menit setelah magrib, mendadak hujan. Gw jadi makin lengket di kasur, tiduran nonton tv sambil makan cemilan. Gw hampir lupa soal sms Meva tadi sore. Begitu jam dinding menunjukkan pukul setengah delapan malam pintu kamar gw diketuk. Di luar suara hujan masih terdengar beradu dengan atap. Dan dengan malasnya gw buka pintu.
"Meva???" gw terperanjat begitu lihat siapa di depan gw. Gw langsung inget sms yg gw terima tadi sore. Gw liat lagi jam dinding, jam setengah delapan. "Sory gw lupa. Sekarang udah jam sete......"
"......."
"Eh tunggu dulu," kata gw. Gw amati sosok di hadapan gw dengan saksama. "Kok kayak ada yg beda yaa..."
Meva masih berdiri diam. Cuma sedikit senyum yg tersungging di sudut kiri bibirnya. Beberapa bagian tubuhnya nampak basah.
"Gw keujanan," katanya kemudian.
Gw amati lagi Meva dari atas ke bawah.
"Bukan itu Va..."
"......."
"Elo dandan yak??" tanya gw setelah menyadari betapa berbedanya sosok yg sekarang sedang berdiri di hadapan gw dengan sosok cewek berkaos kaki hitam yg bawel.
"......." Kedua pipi Meva merona merah.
"Kok tumben?" lanjut gw. "Mau kondangan Neng?"
Meva menutup mulutnya ketika tertawa kecil.
"Kenapa? Gw jelek ya??" ucapnya malu. "Padahal udah ke salon dari sore, malah keujanan gini. Maaf ya..."
Gw geleng-geleng kepala sambil nyengir.
"Tunggu dulu. Gw belum ngerti nih. Lo minta gw nunggu di depan jam 7 malem. Trus lo dateng dengan dandanan kayak gini...ini maksudnya apa yak? Gw mau disuruh nemenin lo kondangan?? Tumben lo niat banget dandannya."
"Gw jelek yaa emangnya kalo dandan?" wajahnya berubah sedih. "Tadi mah lumayan kok. Gw nggak tau aja ternyata bakal ujan jadi nggak sempet bawa payung."
"Enggak. Lo cantik banget sumpah," kalimat ini meluncur begitu saja dari mulut gw. Meva nampak terkejut mendengarnya. "Eh enggak dink. Maksudnya...ya lumayan laah. Gw belum pernah liat lo seniat ini dandan, jadi agak aneh aja buat gw."
"Tuh kan gw jelek yak! Yaudah deh bentar ya gw salin dulu di kamer."
"Eh eh tunggu! Maen kabur ajah lo," gw raih tangannya. "Jelasin dulu ke gw, ada apa sama malem ini? Ultah lo udah kelewat, ultah gw apa lagi, mmh tujuhbelasan masih jauh lah yaa...jadi, tolong kasitau gw ada apa."
Meva senyum malu. Beberapa tetes air jatuh dari ujung rambutnya. Malam itu dia mengenakan sebuah dress pendek hijau muda kalem tanpa lengan. Kalung salibnya melingkar indah di dadanya. Rambut Meva disanggul dengan style 'asal-asalan'. Satu tusuk konde warna cokelat berbentuk mirip sumpit tertancap diantara gulungan rambutnya itu. Dengan beberapa helai rambut yg dibiarkan jatuh menambah kesan kasual yg feminin. Gelang perak, stoking hitam khasnya, dan sepatu hak setinggi hampir tiga senti, nyaris membuat gw nggak mengenalinya. Gw harus jujur, malam ini Meva manis bangeeeeeett......
"Besok lo libur kan?" kata Meva.
"Iya besok hari Sabtu."
"Bukan itu. Mmh maksud gw, besok tanggal berapa?" suaranya kalem.
"Empatbelas. Tenang aja masih setengah bulan lagi bayar kosan."
"Ini bulan apa?" tanyanya lagi masih kalem.
"Februari. Daritadi nanyain tanggal, lo lagi pikun yak? Apa gw perlu bawa kalender?"
"Duh yak!! Elo itu beneran nggak sensitif banget! Besok tuh valentine!! Tadinya gw mau ngajak lo keluar, tapinya ujan jadi yaudah deh nggak tau mau ngapain sekarang!!"
"Ooh..." gw paham sekarang. "Tapi kok sampe dandan kayak gitu sih. Valentine kemaren-kemaren juga lewat gitu aja kan?"
"Yaa...gimana yaa...gw pengen valentine yg sekarang beda aja. Ini kan tahun terakhir gw di sini. Gw pengen bikin malam spesial gitu lah niatnya. Eh taunya malah ujan gini..." dia pasrah. Wajahnya tampak kecewa.
"Lo nya juga nggak bilang-bilang sih. Tau gitu kan gw jemput lo di salon abis itu jalan kek kemana."
"Ini kan surprise?? Masa gw kasihtau dulu!"
Gw mengangguk. Selama beberapa detik gw pandangi Meva dari ujung rambut ke ujung kaki. Yeah, dia sudah berusaha keras membuat penampilan yg sangat jarang gw liat. Malem ini dia cantik BANGET!!
"Eh gini Ri. Gw tau, lo nggak ngerayain yg namanya valentine. Jadi tolong jangan diliat dari situnya yah. Anggep aja yah anggep aja..."
"Gw ngerti kok Va," gw senyum lebar.
"Syukur deh. Gw takut lo nggak enakan gitu."
"Nggak papa nyantai aja."
Kami terdiam.
"Jadi...?"
"Jadi apanya?"
"Ya malem ini jadi gimana? Tadinya gw mau ngajakin lo makan malem gitu. Tapi kan masih ujan."
Gw berpikir sebentar.
"Yaudah karna lo juga udah capek-capek dandan malem ini, kita dinner di sini aja."
"Di sini?" Meva menunjuk lantai tempatnya berdiri.
"Iya. Kita makan malem di sini."
"Emang ada makanannya?"
"Ada. Gw punya stok mie rebus. Nanti kita rebus terus makan di sini. Pemandangannya juga lumayan tuh dari sini. Mau?"
"Emmh yaudah boleh lah gw juga udah laper nih."
"Oke."
Dan akhirnya kami bergegas ke kamar, menyalakan dispenser, nyeduh teh dan menyiapkan 'makan malam' dadakan ini.
Momen pas dinnernya akan gw ceritakan di next part ya...