"Udah lengkap semua barang yg mau dibawa Ri?" nyokap gw membuka resleting ransel gw.
"Udah Mah," jawab gw sambil membalas sms di handphone. Nyokap gw melakukan pengecekan selama dua menit.
"Bekal makanannya udah dibawa?" tanya nyokap gw lagi.
"Sip. Udah lengkap semua Mah."
Nyokap gw menutup ransel dan berdiri. Gw juga berdiri.
"Ati-ati di jalan yah," kata nyokap gw.
"Pasti," gumam gw pelan.
"Kapan balik lagi Kak?" adik perempuan gw yg baru masuk SMA muncul dari dalam kamar.
"Emh ntar akhir tahun deh kalo ada libur pasti balik."
"Jangan lupa oleh-oleh dari Jawa ya. Laen kali bawa batik kek, kan katanya batik Jawa bagus-bagus tuh. Pengen tau batik Jogja kayak gimana."
"Huss kamu ini banyak mintanya," nyokap gw mengingatkan setengah becanda.
"Nggak papa lah Mah, kan Kak Ari juga baliknya setaun sekali pas lebaran doang. Oleh-oleh gitu doang mah wajib kudu lah."
"Huh kamu ini maunya."
Kami bertiga tertawa. Tawa yg lepas. Tawa yg selalu mengundang kerinduan untuk melakukannya lagi bersama-sama.
"Yaudah buruan berangkat nanti ketinggalan pesawat lho," nyokap gw mengingatkan.
"Eh iya. Nanti kalo ke sini ajak juga Kak Meva yaa?" celetuk adik gw.
"Meva?" nyokap gw memandang heran.
"Pacarnya Kak Ari."
"Wah kamu udah punya calon Ri?" nyokap gw antusias.
"Eh enggak kok," jawab gw buru-buru klarifikasi. "Itu...temen! Bukan pacar."
"Ah boong! Di dompetnya Kak Ari banyak tuh foto berduaan! Pake dinamain segala di belakangnya. Kalo bukan pacar kok dipajang di dompet yaa??"
"Enggak! Beneran bukan siapa-siapa ah!" gw malu.
"Ah masa siih??" adik gw seneng banget tuh godain gw.
"Yaudah bawa ke sini apa salahnya, kenalin ke Mamah sama Papah. Kalo cocok kan tinggal nyari tanggal aja," nyokap gw juga ikutan.
"Haduh apaan sih..." gw malu sekaligus mengamini dalam hati.
"Yaudahlah, Kakakku yg jelek! Ati-ati di jalan yah, kalo jatuh bangun sendiri lho," adik gw meluk gw. "Salam buat Kak Meva!!"
Gw jitak kepalanya.
"Jangan lupa ngabarin ya kalo udah sampe Jawa," kata nyokap gw.
Kali ini gw yg bergerak memeluk nyokap.
"Jangan lupa solat ya Ri," bisiknya di telinga gw. "Kita semua di sini selalu doain kamu."
"Makasih Mah. Ari pasti jalanin pesen Mamah..." jawab gw penuh haru. Gw memeluk nyokap gw erat.
Dan tanpa dapat ditahan lagi bulir airmata gw jatuh ke pipi. Rekaman kejadian dua tahun yg lalu terbayang dengan jelas seolah baru saja terjadi kemarin.
Benar, rasanya baru kemarin gw memeluk nyokap gw. Rasanya baru semalam gw dibacakan dongeng menjelang tidur masa kecil gw. Kecupan hangat di kiri kanan pipi gw tiap gw mudik, masih terasa lembut. Seolah semua baru saja terjadi beberapa saat yg lalu.
Tapi mendadak semua terasa jauh. Sangat jauh. Bahkan hampir tak tergapai. Pelukan itu, kecupan sayang itu, mendadak bias. Tersapu airmata yg kini mengalir butir demi butir.
Kalau saja gw tau bahwa saat itu adalah saat terakhir pertemuan kami, tentu gw akan ungkapkan betapa sebenarnya gw sangat menyayanginya. Akan gw ungkapkan betapa beruntungnya gw terlahir dari rahim seorang ibu yg bijaksana. Akan gw tunjukkan bangganya gw jadi seorang Ari, anak yg begitu menyayangi ibunya.
Dan dalam kesendirian malam itu gw senandungkan beberapa bait nada sekedar untuk menenangkan hati gw yg berkecamuk.
Mama...
Kau telah memberikan kehidupan padaku
Telah mengubahku dari seorang bayi menjadi lelaki dewasa
Mama...
Apa yg telah kau berikan
Adalah janji cinta seumur hidup
Dan sekarang aku tahu
Bahwa tak ada cinta seperti cinta seorang ibu pada anaknya
Dan sekarang aku tahu
Sebuah cinta yg sempurna
Suatu hari nanti harus pergi
Harus mengucapkan selamat tinggal
Selamat Tinggal adalah kata yg paling menyedihkan yg pernah ku dengar
Selamat Tinggal adalah saat terakhir ketika aku dapat memegangmu lebih erat
Suatu hari kau akan mengucapkan kata itu dan aku akan menangis
Mendengarmu mengucapkan selamat tinggal, itu akan menghancurkan hatiku
Mama...
Kau telah memberikan cinta padaku
Telah mengubahku dari seorang remaja menjadi lelaki dewasa
Mama...
Semua yg pernah kubutuhkan
Adalah jaminan bahwa kau mencintaiku
Karena aku tahu
Bahwa takkan ada cinta seperti cinta seorang ibu pada anaknya
Dan itu sangat menyakitkan
Bahwa sesuatu yg begitu kuat, suatu hari akan menghilang
Harus mengucapkan selamat tinggal
Tapi cinta yg telah kau berikan padaku akan selalu hidup
Kau akan selalu berada di sana setiap aku terjatuh
Kau adalah cinta yg paling hebat bagiku
Kau mengambil kelemahanku dan membuatku kuat
Dan aku akan mencintaimu hingga keabadian tiba
Dan ketika kau membutuhkanku
Aku akan selalu ada untukmu
Aku akan selalu ada sepanjang hidupmu
Aku akan selalu ada
Aku berjanji padamu, Mama..
Mama aku akan menjadi terang untuk melalui malam yg paling gelap
Aku akan menjadi sayap yg akan melindungimu dari perjalanan yg menyakitkan
Aku akan menjadi tempatmu berlindung dari amukan badai
Dan aku akan mencintaimu hingga keabadian tiba
Hingga saat kita bertemu lagi,
Hingga saat itu.....
**
Mah, Ari bangga jadi anak Mamah