Sepasang Kaos Kaki Hitam : Part 90

"Woy kebo," Meva muncul di depan kamar gw sambil kucek-kucek matanya. Kemeja putih gombrang yg dipakainya tampak kusut.

Gw buang puntung rokok yg lagi gw hisap. Gw inget Meva nggak suka liat gw ngerokok. Sejak kepergian Echi, gw memang sudah hampir meninggalkan kebiasaan merokok. Cuma beberapa kali aja di kantor. Itu pun kalo bener-bener lagi sumpek.

"Eh udah bangun loe cing," sahut gw sambil tetap memetik senar gitar warisan si Gundul.

Meva menguap, menggeliatkan badan lalu berjalan mendekati gw di beranda. Tanpa basa-basi dia meminum kopi gw.

"Kok rasanya agak aneh ya? Agak gimanaa gitu.." dia mengamati air berwarna hitam dalam gelas putih di tangannya. "Ini kopi apaan sih?"

"Kopi biasa kok..."

Meva kernyitkan dahi.

"...cuma emang kopi itu gw bikinnya kemaren."

"Jadi ini kopi basi donk?? Ah sialan lo Ri.!"

"Yeey yg salah siapa maen sruput ajah nggak minta ijin dulu."

Meva meludah beberapa kali lalu usapi mulutnya sementara gw ngakak puas.

"Kok doyan sih minum kopi basi??"

"Enggak papa. Gw males nyeduh lagi. Baik buat kesehatan juga kok."

Meva menyeringai jijik.

"Bikinin gw teh lah," pintanya sedikit memerintah.

"Entar lah...lagi asyik nih. Lagi nemu nada, kali aja bisa jadi lagu."

"Buruan bikinin lah."

Zzzztt...mulai nongol deh cerewetnya. Kok bisa ya gw jatuh cinta sama cewek kayak gini? 

Gw taro gitar di lantai dan beranjak ke kamar, kebetulan dispensernya udah nyala sejak semalem, kayaknya Meva lupa matiin setelah nyeduh teh buat gw. Gw lagi nyari-nyari dimana gw naro teh, ketika terdengar petikan gitar dari luar. Lalu disusul suara cewek nyanyi.

I can't live...
If livin is without you...
I can't live...
I can't give anymore...

Gw hafal liriknya. Itu lagu "Without You" nya Mariah Carey. Gw pernah denger Meva nyanyi lagunya Jamrud, tapi yg kali ini beda. Suaranya merdu banget. Sangat terlatih.

"Gw baru tau lo bisa maen gitar," kata gw. Gw taro cangkir teh di sebelah Meva.

"Udah biasa kok. Dulu gw sering nyanyi di Kelas Minggu. Tapi sekarang udah jarang ke gereja lagi."

"Hmm...suara lo bagus," gw memujinya.

Meva tertawa pelan.

"Wajar lah gw dulu sempet ikut les vokal."

"Oh..."

Meva turun dari pagar beranda. Dia memberikan gitarnya ke gw.

"Kenapa? Lanjutin aja."

"Gw mau mandi."

"Nah ini teh nya gimana?"

"Buat lo ajah."

Errrr....tadi ngotot minta dibuatin teh anget, sekarang malah ditinggal gitu aja!

"Yaudah," gw dengan kesal meminum habis teh nya.

"Lho kok diabisin!" Meva mengambil cangkir kosong dari tangan gw.

"Katanya buat gw?"

"Ya tapi kan enggak pake diabisin juga kalee!"

"Entar gw bikin lagi deh!" biar kesel tapi gw ngalah aja. Nggak akan mudah buat debat sama Meva.

"Bagus...bagus....entar bikinnya nggak usah manis-manis yak."

"Lo diabetes?"

"Enggak. Gw kan udah manis jadi nggak perlu minum yg manis, soalnya kata dokter nanti gw tambah maniiis...." katanya pede BANGET.!

"Pantesan di kamer lo banyak kecoanya. Ternyata lo manis yak?!" kalimat terakhir gw ucapkan dengan nada menyindir.

Meva cuma nyengir nggak jelas.

"Eh tapi gw agak gendutan nggak sih?" tanyanya entah ke gw apa ke dirinya sendiri. "Ri, menurut lo gw gendut nggak?" dia meraba pinggangnya.

"Enggak." jawab gw males. Paling males gw dapet pertanyaan khas cewek semacam ini.

"Tapi berat badan gw naek loh dibanding bulan kemaren. Jangan bohong laah...gw gendut nggak sih?"

"Enggaak..."

"Bohong ah!"

"Hmmm..iya deh, mungkin lo perlu sedikit diet."

"Ooh jadi menurut lo gw gendut yak!!"



Sempat kepikiran buat loncat bunuh diri tapi karena gw nggak punya asuransi jiwa, jadi gw tunda deh sampe batas waktu yg nggak ditentukan.

"Gw nggak gendut ah segini mah. Iya kan??"

Gw mengangguk terpaksa.

"Jawabnya nggak ikhlas banget."

"......."

Meva menguap lagi. Dia menggeliatkan badan.

"Eh tadi kok pas gw bangun tidur, kancing atas gw kebuka yak?" kata Meva. "Hayyooo......elo ngapain aja semalem?" dia melotot dengan ekspresi dibuat-buat.

"Weiitz tunggu dulu. Kayaknya gw tersinggung nih ditanya ginian." Gw bales melotot. "Elo mimpi berjemur di pantai kalee, kan panas tuh trus lo buka kancing lo sendiri."

"Masa sih?" Meva berpikir keras sambil mengetukkan jari telunjuk ke dagu. Keliatan tolol banget sumpah. "Yakin nih lo nggak ngapa-ngapain?"

"......."

"Oh yaudah. Awas kalo gw sampe kenapa-kenapa, lo yg bakal gw mintain tanggungjawab."

"......."

Meva masuk ke kamarnya. Terdengar suara kran air mengucur deras dari dalam. Limabelas menit kemudian Meva keluar. Masih mengenakan handuk, dia buru-buru bilang.

"Riii.....gw 'dapet'!" katanya setengah berteriak.

"Terus kenapa?? Apa hubungannya sama gw!"

"Ya berarti lo nggak perlu tanggungjawab."

"Duh yak..kita kan ENGGAK ngapa-ngapain semalem!!"

"Hehehe.." Meva nyengir bodoh. "Becanda kok. Beliin gw pembalut yak? Gw nggak ada stok nih."

"Beli sendiri sana!"

"Repot nih. Beliin laah..!"

"Nggak mau!"

"Beliin!"

"...Iya..iya.."

"Tengkyu," Meva balikkan badan dan bergegas masuk lagi ke kamarnya.

"......."