Gw buka kedua mata gw. Dengan nafas sedikit terengah gw gapai gelas di kiri gw dan menuang air ke dalamnya. Tenggorokan gw langsung terasa dingin begitu air mengalir masuk ke dalam tubuh. Selama beberapa saat gw duduk terdiam dalam kamar yg gelap. Gw bangun lalu membuka pintu kamar, dan hembusan angin malam yg sejuk langsung menerpa wajah dan tubuh gw. Gw berjalan menuju beranda. Jantung gw berdetak cukup kencang.
Gw butuh sesuatu untuk menenangkan hati gw. Gw kembali ke kamar, menyulut sebatang rokok, kemudian kembali lagi ke beranda. Ah, selalu menyenangkan rasanya berdiri dari sudut ini dan memandang bulan sabit di atas sana. Ditemani angin malam yg mengembus sejuk, gw berdiri diam beberapa menit.
Kenapa?
Lagi-lagi mimpi itu...
Kenapa setiap gw tidur selalu memimpikan mimpi yg sama? Sudah hampir seminggu ini, kejadiannya selalu sama. Ini bukan yg pertama kalinya gw terjaga di tengah malam dan kemudian berdiri sambil merokok di beranda. Sejak empat malam sebelum ini, malam ini adalah malam ke lima, gw selalu melakukan beberapa hal yg sama meski waktunya relatif berbeda. Kalau sudah terjaga seperti ini, sulit buat gw kembali tidur. Biasanya gw akan menghabiskan pagi di beranda dan masuk ke kamar begitu adzan subuh terdengar. Begitulah yg terjadi selama seminggu ini.
"......." gw usapi airmata yg hampir mengering di pipi gw. Gw nggak sadar gw terjaga dengan airmata yg terasa basah di ujung mata. Kali ini gw menangis dalam mimpi gw...
Jam setengah dua pagi, setengah jam lebih cepat dari waktu kemarin gw terjaga. Rokok di tangan gw semakin pendek, tapi gw belum mau membuangnya. Gw masih ingin menikmati racun yg entah kenapa hampir selalu bisa menenangkan gw. Praktis selama seminggu ini gw seperti jadi seorang pecandu rokok lagi. Padahal kebiasaan ini sudah benar-benar gw tinggalkan sejak keluar dari Rumah Sakit.
Apinya semakin mendekati ujung. Gw menyerah dan akhirnya gw lempar puntung rokoknya sejauh gw bisa melempar. Gw lalu terdiam lagi.
Kenapa? Kenapa mimpi itu selalu hadir di tidur gw?
"......."
Gw terduduk lemas di kursi di bawah jendela kamar. Mata gw menghadap lurus pintu kamar Meva.
"Apa arti mimpi itu?" gw bertanya dalam hati.
Gw gelengkan kepala, menolak argumen yg sempat melintas di benak gw. Nggak. Mimpi hanya bunganya tidur.
"......."
Gw sudah jauh lebih tenang sekarang dan bisa berfikir jernih. Tanpa sadar gw berjalan menuju pintu kamar Meva, memutar handle nya, dan tersenyum kecil begitu mendapati pintunya nggak dikunci. Meva ada di dalam sana. Sedang menikmati mimpinya. Terpejam sambil memeluk sebuah guling hijau. Wajahnya tampak damai sekali.
Gw berjalan masuk dan duduk di sampingnya. Ah, wajahnya terlihat polos dan meneduhkan.
Lagi-lagi bayangan mimpi itu berkelebat di kepala gw. Buru-buru gw buang jauh-jauh.
Setelah beberapa kali menghela nafas gw tersenyum. Nggak mungkin. Mimpi itu nggak mungkin terjadi. Itu mimpi yg aneh, dan nggak akan pernah terjadi di kehidupan nyata.
Gw menggeleng sendiri.
Tanpa sengaja gw melihat kalender di atas rak buku. Kalender ini sudah hampir penuh coretan di tiap angkanya dan hanya menyisakan beberapa lagi.
Juli hampir habis. Itu artinya tinggal tersisa sekitar tiga minggu lagi sebelum hari wisuda Meva. Hati gw mencelos menyadari hal ini.
Gw cuma terdiam. Dalam hati gw memaki ketidakberanian gw selama ini. Gw cuma seorang pecundang. Gw nggak pernah mampu mengungkapkan isi hati gw ke Meva. Bahkan di hari-hari terakhirnya di sini, gw belum punya cukup keberanian menyatakannya. Bodoh sekali gw.....
Tapi gw bukan pecundang! Gw cuma takut...
Gw terlalu takut kehilangan Meva. Gw nggak mau pengakuan gw nantinya malah merusak apa yg sudah ada selama ini.
"Lalu apa bedanya dengan pecundang??" sebagian dari diri gw kembali memaki diri gw sendiri.
"......."
Gw sayang elo Va. Karena itu gw nggak mengungkapkan perasaan gw ke lo, karna gw yakin lo pun bisa merasakan itu. Lo selalu bisa lebih tau bahkan dari diri gw sendiri.
"......."
Gw inget beberapa hari yg lalu Meva pulang dengan sangat gembira. Bahkan dia sempat berteriak saking bahagianya. Dia menceritakan tentang sidang nya yg berjalan mulus, dan dia juga cerita banyak tentang bahagianya dia setelah berhasil menamatkan study yg sempat terkatung-katung.
Oh God, sampai sekarang gw nggak pernah melupakan hari itu. Hari dimana Meva dengan bahagianya tertawa lepas. Momen itu terekam dengan baik di kepala gw.
Huuffft......Sekali lagi gw pandangi Meva. Gw singkirkan rambut yg menutupi wajahnya. Ahh, tak pernah bisa dijelaskan dengan kata-kata, bahagianya gw menatap wajahnya. Gw usapi rambutnya pelan, lalu gw kecup keningnya.
Sebagian diri gw berontak dan menyalahkan ini, tapi sebagian lainnya menangis. Dan sebelum perasaan gw semakin nggak karuan, gw kembali ke kamar gw. Bersembunyi di balik selimut, ketika sebuah pesan singkat masuk ke handphone gw.
-dasar kebo...gw belum tidur tau^^-
Gw tersenyum kemudian mencoba pejamkan mata sambil berharap mimpi kali ini akan indah...............